Saturday, March 28, 2015

Rumah

Paling tidak ingatanku tergugah, oleh suatu masa ketika ia menitipkan sedikit cakrawalanya padaku..
Paling tidak cahaya itu tak benar-benar telah mati..

Tak bisa dipungkiri aku semakin terengah-engah terlalu sibuk menata duniaku sendiri, menjawab semua obsesi akal, aku memang penasaran, seberapa hebatnya suatu ilmu..

Namun aku lupa 5 tahun lalu di suatu sore oleh suatu lembar kertas yang kini hanya tinggal aksara semata, aku berpatri untuk membangun sesuatu lalu aku simbolkan saja ia dengan sebutan "rumah"

Memang "rumah" ini selalu bergantung dengan definisi dan konteksnya, boleh jadi rumah disni adalah bangunan.. pun, rumah disini juga boleh jadi ialah tempat yang "nyaman" tempatku berpulang, mungkin juga adalah sesuatu yang selalu aku rindu-rindukan, ah rumah disini hanyalah lusi-ilusi yang tidak tunggal yang aku bangun, dan hanya Aku dan Tuhanku sahaja yang paham..

Berbicara mengenai rumah yang satu ini, jelas aku sangat mendambanya, bisa kuvisualisasikan ia ketika kelopak mataku tertutup, dan pagi ini aku terenyuh, merasa berdosa, merasa berkhianat, pada "rumah" yang sempat terlupakan itu..

Aku pernah bermimpi, membuat rumah dimana ada banyak anak yang mengenyam ilmu, ada banyak guru yang dirindu sang anak, ada banyak ilmu yang berkeliaran, (walau tanpa aku tahu bahwa ternyata itu adalah mimpi ayahku), aku pernah bermimpi seindah itu, lalu mengapa aku seolah berlagak lupa? Lupa karena aku hanya sibuk dengan yang lain dan mungkin dengan diri sendiri..

Lalu tak pernah ada yang kebetulan, peta yang pernah aku rangkum sendiri walau tak bernyawa, tapi ruhnya seolah mengajak semesta mengingatkanku.. dan hari ini aku menemukan rumah yang terlupakan..

Semoga selalu diberi hidayah untuk menjejak di bumi ini, menebar benih-benih kebaikan entaha berapapun kadarnya, lalu semoga ia benar-benar bisa terwujud..

Aamiinn Aamiiin yaa Rabbal Aa'lamiiinn...

-Sesaat setelah mengikuti Seminar Relawan Pendidikan-

Wednesday, March 25, 2015

Aku Ingin Pulang (Bukan Lagu Ebiet G. Ade)

Malam ini jalan trotoar kampus kususuri, obrolan jangkrik yang entah berantah di sela rerumputan yang tak tertangkap retina mata memekik tanpa henti, perjalanan kampus-kosan malam hari sudah terlampau biasa kulalui, ritme yang sama berulang setiap hari, dan pun hampir setiap jam yang sama aku hanya dilenakan oleh molekul, gen, metabolisme,senyawa kimia,serta protein... (lagi dan lagi)

Semenjak memutuskan untuk bergabung di riset biofarmaka, seketika dunia laga statistikaku berubah aku terlalu sibuk mencumbu statistika! Berlebih pada paduan biofarmakologi yang akupun dibuatnya kadang-kadang resah. Lalu ijinkan aku sejenak mendesah, sedikit merajuk karna mungkin sedikit lelah, bukan lelah seperti kata anak muda pada umumnya, sebab kupastikan bahwa jenis lelah ini sungguh sangatlah megah. Namun masih ada yang membuncah, aku ingin pulang....

Aku ingin pulang, bukan karena tembang lawas Ebiet G Ade yang sering menemani pencarian database yang kian merabunkan. Lagi-lagi bukan  lagu Ebiet G. Ade.

Aku ingin pulang, raga ini tentu saja tak perlu memerintahkan otak menginstruksi kaki untuk melangkah ke kosan dan tanpa perlu lagi kutuntun sepasang kaki karena sudah barang tentu ia melihat jalan pulang yang beribu2 kali ia jajaki menuju rumah yang hanya sepetak kamar, kusebut ia kosan. Lalu mengapa tetap saja ada gundah?

Aku ingin pulang, pada yang kusebut ia rumah, pun yang "nantinya" kusebut ia rumah, rumah yang dalam batas khayalpun belum sanggup aku jamah dengan desain sedemikian rupa selalu berubah-ubah. Rumah tak kekal yang mendamaikan jiwa dan raga walau hanya sementara, ahh aku ingin pulang menuju rumah yang kan mampu menghatarkanku ke istana-Nya.

Aku ingin pulang, walau tak kunjung kudapati jalan pulang, walau jalan pulang masih dalam ruang abstraksi yang tak terjewantah, lalu mungkin judul tulisan harus sedikit aku ubah, tunjukkan aku jalan pulang....


*sedikit tulisan yang agak tidak penting, malam hari di kota hujan*