Sunday, May 24, 2015

Bermain Peran

Siang ini memang matahari sedang keterlaluan, namun tak pantas rasanya untuk mengecam. Semestinya terik ini menjadi sebuah keindahan. Lagi-lagi nikmat selalu aku dustakan.
 
Sambil menyusuri jalan aku berbincang, pada keramaian yang ingin kunikmati sendirian, mungkin karena sebuh pesan tersirat dari seorang kawan. meski hanya berupa lagu yang iramanya tak begitu mengesankan, namun sebenarnya di suatu tempat kan kau temukan bahwa maknanya tersirat sejuta kepentingan!

Lagu itu sejujurnya mulai mendendang. Hingga di benakku dipenuhi pertanyaan? apa, siapa, dimana, dan sedang apa aku sekarang, kemarin, dan hari yang akan datang?

Di tengah-tengah keramaian kucoba rasuki pikiran, pun jua mendengar suara hati yang makin tenggelam mungkin karena dikalahkan pita suara yang lebih lantang.

Lalu kudapati diriku pada sebuah pusaran. aku sedang bermain peran!

Suatu waktu aku menjadi murid, suatu waktu aku menjadi guru dari seorang murid. Suatu waktu aku dirajai ego, lalu satu waktu kelembutanku mengalahkan ego. Suatu waktu aku adalah pahlawan, lalu suatu waktu aku menjadi pengecut yang terhinakan. Suatu waktu pujian lah yang kudapat, lalu suatu waktu cacian yang kuterima.

Aku sedang bermain peran di suatu ruang dunia dalam dimensi pikirku. Aku sedang menyusun mozaik-mozaik peran yang kadang menggelabuiku. Aku sedang menghampar ladang yang buahnya ada dalam ruang ketidakpastianku. Aku sedang merangkak namun perlahan-lahan mengejar tempo menikmati berjalan, berlari, melompat, walau terjatuh!

Aku sedang belajar bahwa 'sendiri' perlu di tengah keramaian pun beramai-ramai di tengah kesendirian. Aku sedang belajar mencintai miskin ketika kaya pun mengayakan ketika miskin menghadang. Aku sedang belajar memenuhi perut terlebih jiwaku. Aku sedang belajar menyambung hidup terlebih menjadi hidup itu sendiri. Aku sedang belajar menapaki realita diriku terlebih realita sosial.
Aku sedang belajar keseimbangan!

Aku sedang membuat ilusi dalam ruang imajiku. Aku sedang berpetualang menyusur lorong lorong di dunia menjewantah tempat nyata. Aku sedang takjub pada dunia yang katanya begitu fana. Namun fana lagi-lagi adalah ruang persepsi. Ciptaan Tuhan mana yang akan sia-sia?

Aku sedang sibuk mengumpul pundi-pundi dunia. Aku lelah hingga aku pun berpulang pada rumah yang aku definisikan sendiri. Dimana aku bisa belajar mencinta!

Aku sedang belajar mencinta. Mencinta Sang Maha Pecinta. Sang Maha Pemilik Cinta. Pantaskah jika aku sedang mengharap perjumpaan? Perjumpaan denganMu Yaa Rabbi, Yaa Rahman, Yaa Rahiim.....

Thursday, May 21, 2015

malam (1)

malam makin larut 
segala daya kian surut
pikiran sembrawut
gelombang otak makin kusut
aku hanya ingin sedikit menghasut
suara itu kian menuntut

bukan soal jarak pun soal durasi
bukan soal prasangka pun soal curiga mencurigai 

lalu dimana jiwa kita beterbangan?
keikhlasan tanpa kepentingan
mungkinkah kita temukan?





Wednesday, May 6, 2015

Bukan Pecinta Kopi

Mei menjelang, belum satupun tulisan tersulam 
Mungkin aku yang masih miskin gagasan
Maka kucoba untung mendendang lewat tulisan
Walau hanya sekedar coretan pribadi yang sedikit usang

Pagi ini sambil menikmati kopi, aku terheran
Sejak kapan kopi menjadi pilihan?
Ah, sungguh kafein begitu menakutkan
Sebelumnya itu yang sering terpikirkan
Tentu saja kuyakini karena dokter yang menyarankan

Sepagi ini kujejakkan kaki di perpustakaan
Hanya sekedar untuk menuntaskan jawaban 
yang tak kunjung kutemukan
Tesis harusnya tak boleh jadi sebuah beban
Maka kuformulakan gelombang otak mana yang akan berperan
Alpha, beta, delta, mungkinkah dikondisikan?

Lalu kututup kelopak mata dengan tenang
Menghitung berapa tarikan nafas yang terhembuskan
Lalu lagi-lagi kupertanyakan
Mengapa kopi menjadi pilihan?