merindukan hari ini
atau melepas rindu akan hari ini? sepertinya jiwa telah menemukan peraduannya..
smoga tak ada benih-benih yang tak sepantasnya untuk disemai.. biarkan ia menyucikan hakikatnya..
menghaturkan doa untuk para pejuang penebar benih benih kebaikan itu..
smoga tak ada benih-benih yang tak sepantasnya untuk disemai.. biarkan ia menyucikan hakikatnya..
menghaturkan doa untuk para pejuang penebar benih benih kebaikan itu..
finally here we are! |
“Entah berapa banyak lagi para penebar
benih-benih kebaikan yang lagi-lagi akan kutemui hari ini”,gumamku penasaran
dalam hati sembari menyapa dinginnya megamendung puncak bogor. Hari ini memang
adalah hari yang telah kunanti-nantikan seminggu ini. Entah mengapa aku hanya ingin
mencari sosok penebar benih yang mungkin tak begitu mau dikenal oleh dunia
karena menjaga kesucian kebaikan yang diberinya itu. Hingga pada akhirnya tepat
pukul 14 lewat aku bersama teman sekamar berkunjung di sebuah yayasan ini,
yayasan puspita. Lumayan cukup jauh dari kamar kosan tercinta kami.
kemampuan fotografi yang dangkal, ingin memotret semua sudut sebenarnya. tapi apa daya kemampuan fotografer dan kamera tdk begitu mendukung. |
Perbincangan begitu hangat dengan
beliau, bercumbu rayu dengan seorang lelaki kecil berumur 2 tahun lebih yang
kami panggil dengan sebutan dek ris. Ini adalah kedua kalinya aku terkejut!
Sebelumnya kami meminta tolong pada seorang santri pondok di yayasan itu untuk
memberi tumpangan pada kami untuk menyapa sang Ilahi. Mereka mengajak kami ke
asramanya. Kami menemukan balita kecil yang begitu sangat mengejutkan kami.
Balita yang begitu sibuk bermain dengan dirinya sendiri tergeletak di lantai beralasakan
tikar dan diselimuti yang menaatapku keheranan seolah ingin berkata. “ hey kak
ada apa denganmu? Aku baik-baik saja”. Aku terkesima dengan balita yang tak
pernah sekalipun kudengar suara tangisnya layak balita lainnya. Tentu saja aku
heran mengapa ada seorang balita disini? Kataku dalam hati. “siapa balita ini?”
kataku pada seorang santri. “Dia de’ ran kak, anak yang jadi tanggung jawab
kami semua” kata santri itu. aku semakin bingung. “Orang tuanya tak sanggup
mengurusnya hingga menitipkannya ke sini” rasaku mulai membuncah. Dan ini kali
kedua terkejut melihat sosok anak lelaki kecil lucu de’ris ternyata berlatar
belakang sama dengan de’ ran. “Betapa mulianya bapak ini,” kataku dalam hati. Entah
berapa banyak lagi buku Tuhan yang harus kubaca dan kumengerti dengan setiap
rentetan peristiwa yang mengalir pada hari ini. Ini adalah skenarioNya buatku
dan mungkin juga buat teman-teman yang lain. Sebelum ke tempat itu, sebenarnya
aku hanya tahu bahwa disana adalah tempat para penuntut ilmu, dan para relawan
yang mau membagi ilmunya dengan anak-anak. Aku hanya tahu itu. Ternyata
nilai-nilai kebaikanNya bermekaran sangat sempurna di pada tempat itu.
dek ran.. menjadi anak yang tumbuh kuat layaknya telah dijaga sejak di kandungan |
Kini giliran menyapa anak-anak pondok itu,
bangunan tak berdinding hanya bak sebuah gazebo yang kecil nan sederhana, kami semua membaur membentuk sebuah lingkaran kecil. Hanya perkenalan kecil tapi tersirat
kebahagiaan di pelosok jiwa, betapa sangat merindunya jiwa ini dengan suasana
seperti ini. Senyum kecil menyemai di wajah-wajah sang pencari kebaikan.
Menatap satu sama lain, tak hanya sekedar menatap wajah mereka yang begitu
damai tapi menyelami jiwa para sang pencari kebaikan-kebaikan itu. Tak kenal
lagi siapa yang muda dan tua, itu sudah menjadi takdir dan ketetapan Tuhan.
Umur seberapapun makhluk itu pasti akan selalu merindukan kebaikan. Terimakasih
tak terhingga padaMu atas Nafas yang tak bisa kuhitung ini dan segala kerinduan
yang membuncah pada hari ini.
No comments:
Post a Comment