Saturday, November 9, 2013

merindu

merindukan hari ini atau melepas rindu akan hari ini? sepertinya jiwa telah menemukan peraduannya..
smoga tak ada benih-benih yang tak sepantasnya untuk disemai.. biarkan ia menyucikan hakikatnya..
menghaturkan doa untuk para pejuang penebar benih benih kebaikan itu..

finally here we are!
“Entah berapa banyak lagi para penebar benih-benih kebaikan yang lagi-lagi akan kutemui hari ini”,gumamku penasaran dalam hati sembari menyapa dinginnya megamendung puncak bogor. Hari ini memang adalah hari yang telah kunanti-nantikan seminggu ini. Entah mengapa aku hanya ingin mencari sosok penebar benih yang mungkin tak begitu mau dikenal oleh dunia karena menjaga kesucian kebaikan yang diberinya itu. Hingga pada akhirnya tepat pukul 14 lewat aku bersama teman sekamar berkunjung di sebuah yayasan ini, yayasan puspita. Lumayan cukup jauh dari kamar kosan tercinta kami.


kemampuan fotografi yang dangkal, ingin memotret semua sudut sebenarnya. tapi apa daya kemampuan fotografer dan kamera tdk begitu mendukung.
Cuaca memang begitu dingin tapi menyapa hangat, bulir bulir air yang jatuh dari langit menyapu muka kami seolah mencium kami dengan rona kebaikan tempat itu. Aku tertegun sejenak, mendongakkan kepala ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang mencoba untuk melebarkan mata seolah-olah meminta jurus untuk melihat semua sudut hutan itu. Mungkin dulu disini hanyalah hutan atau semak belukar kataku. Hanya ada beberapa saung, beberapa bangunan yang saling berpisah, berdiri tegak bak tersusun di atas bukit-bukit yang indah. Bangunannya sederhana, sesederhana bapak yang kutemui dan menyuguhkan teh panas buat kami. Beliau adalah Bapak pendiri yayasan itu.

Perbincangan begitu hangat dengan beliau, bercumbu rayu dengan seorang lelaki kecil berumur 2 tahun lebih yang kami panggil dengan sebutan dek ris. Ini adalah kedua kalinya aku terkejut! Sebelumnya kami meminta tolong pada seorang santri pondok di yayasan itu untuk memberi tumpangan pada kami untuk menyapa sang Ilahi. Mereka mengajak kami ke asramanya. Kami menemukan balita kecil yang begitu sangat mengejutkan kami. Balita yang begitu sibuk bermain dengan dirinya sendiri tergeletak di lantai beralasakan tikar dan diselimuti yang menaatapku keheranan seolah ingin berkata. “ hey kak ada apa denganmu? Aku baik-baik saja”. Aku terkesima dengan balita yang tak pernah sekalipun kudengar suara tangisnya layak balita lainnya. Tentu saja aku heran mengapa ada seorang balita disini? Kataku dalam hati. “siapa balita ini?” kataku pada seorang santri. “Dia de’ ran kak, anak yang jadi tanggung jawab kami semua” kata santri itu. aku semakin bingung. “Orang tuanya tak sanggup mengurusnya hingga menitipkannya ke sini” rasaku mulai membuncah. Dan ini kali kedua terkejut melihat sosok anak lelaki kecil lucu de’ris ternyata berlatar belakang sama dengan de’ ran. “Betapa mulianya bapak ini,” kataku dalam hati. Entah berapa banyak lagi buku Tuhan yang harus kubaca dan kumengerti dengan setiap rentetan peristiwa yang mengalir pada hari ini. Ini adalah skenarioNya buatku dan mungkin juga buat teman-teman yang lain. Sebelum ke tempat itu, sebenarnya aku hanya tahu bahwa disana adalah tempat para penuntut ilmu, dan para relawan yang mau membagi ilmunya dengan anak-anak. Aku hanya tahu itu. Ternyata nilai-nilai kebaikanNya bermekaran sangat sempurna di pada tempat itu.
dek ran.. menjadi anak yang tumbuh kuat layaknya telah dijaga sejak di kandungan

Kini giliran menyapa anak-anak pondok itu, bangunan tak berdinding hanya bak sebuah gazebo yang kecil nan sederhana, kami semua membaur membentuk sebuah lingkaran kecil. Hanya perkenalan kecil tapi tersirat kebahagiaan di pelosok jiwa, betapa sangat merindunya jiwa ini dengan suasana seperti ini. Senyum kecil menyemai di wajah-wajah sang pencari kebaikan. Menatap satu sama lain, tak hanya sekedar menatap wajah mereka yang begitu damai tapi menyelami jiwa para sang pencari kebaikan-kebaikan itu. Tak kenal lagi siapa yang muda dan tua, itu sudah menjadi takdir dan ketetapan Tuhan. Umur seberapapun makhluk itu pasti akan selalu merindukan kebaikan. Terimakasih tak terhingga padaMu atas Nafas yang tak bisa kuhitung ini dan segala kerinduan yang membuncah pada hari ini.


perkenalan singkat 
wajah-wajah polos mereka


No comments:

Post a Comment