Monday, April 6, 2015

Es Kelapa Muda Tanpa Gula

Kisahnya kurang lebih sama ketika sebulan  saya menetap di Pare,Kediri,Jawa Timur. Hampir setiap hari saya membeli jus jambu biji pada ibu-ibu yang menjajakan buah dalam bentuk jus. Sebenarnya jus jambu merah adalah satu-satunya pilihan yang menurut pendapat saya resikonya paling rendah untuk dikonsumsi tubuh saya. Resiko dimaksudkan disini tak lain adalah asam lambung yang seringkali tidak stabil dan mengakibatkan efek domino terhadap aktifitas dalam tubuh maupun luar tubuh. Merupakan hal yang wajar ketika setelah beberapa waktu membeli sang Ibu yang menjajakan bahkan sering mendahului, "Jus jambu ya mba?" dan seketika muka saya berubah menjadi jus jambu di alam bawah sadarnya. Dan semenjak itu ia selalu bertanya hal-hal di luar jus jambu kepada saya. Contoh "Mba asli mana? Kapan pulang ke Makassar mba? Mba baru kelar kelasnya? Mba kenapa baru nongol?"dst.

Hal yang sama dengan beberapa minggu ini, setiap menyusuri lorong ke kosan, saya sering membeli es kelapa muda tanpa gula. Setelah beberapa kali membeli. Sepertinya alam bawah sadar mas-mas di warung itu sudah mengkodekan muka saya dengan es kelapa muda tanpa gula. Lalu akhirnya tadi mas-mas nya sepertinya mulai kepo. Dia menanyakan "Kenapa ga pakai gula mba?" lalu saya jawab dengan cool "Iya mas, kebetulan sy sudah manis jd ga butuh gula" lalu semua mata memandang saya, mungkin sekedar mengecek kebenarannya.Akhirnya saya putuskan untuk memberi alasan yang kira-kira bisa ia terima. "Lebih alami, mas.. " saya menimpali. Kemudian disodorkan lah pada saya batok kelapa, "Kalau gitu yang ini aja mba ini lebih alami" Lalu lambat laun si mas-masnya malah mulai  bertanya, "Mba asli mana?"dst.

Saya ingin mencoba untuk menelaah kejadian-kejadian tersebut. Walau terkadang kelihatan "kurang kerjaan". Pertama, bahwa hal yang sama ketika dilakukan secara berulang-ulang lambat laun akan menstimulus alam bawah sadar sehingga tanpa perlu berpikir lagi, spontanitas akan kegiatan tersebut mulai terbentuk. Sehingga memang untuk bertransformasi mengaplikasikan dan menebar benih-benih kebaikan dalam diri harus sesegera mungkin dilakukan lalu dibiasakan. Walau mungkin dengan sedikit "pemaksaan" dalam diri. Kedua, bahwa perkenalan itu ialah sebuah proses. Interaksi yang sering mungkin memudahkan kita untuk mengenal. Ketiga, bahwa bisajadi kita tidak hanya sampai kepada level mengenal, namun memahami.

-sambil seruput es kelapa muda tanpa gula-

No comments:

Post a Comment