Wednesday, April 1, 2015

Statistisi, Statistikawan, Statistikus

Beberapa hari yang lalu sebenarnya saya berniat hendak membuat tulisan mengenai seminar yang sebenarnya ditujukan sebagai penghargaan kepada Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion, beliau lebih dikenal oleh teman sejawat serta murid-murid atau mahasiswanya dengan sapaan sederhana pak Andi. Saya bahkan pertama kali mendengar nama beliau ketika pertama berkunjung melewati gedung rektorat IPB, namanyalah yang disematkan di gedung beberapa lantai itu. Siapa pak Andi Hakim Nasoetion pun sebenarnya saya tak mengenal betul seperti mahasiswa-mahasisiwi pak Andi yang pernah dan sering berinteraksi secara langsung dengan beliau, saya hanya mencoba mendengarkan kisah tentang beliau pun membaca sedikit tulisan mengenai beliau, bukunya bahkan belum sempat kulahap, saking langkanya..

Yang saya ketahui ketika melakukan penelusuran di google, beliau adalah Bapak Statistika Indonesia, beliau tak pernah lepas dari peranan statistika di IPB saat ini, menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa Statistika IPB merupakan yang tertua di Indonesia, namun ada beberapa pula yang membantah bahwa sebenarnya pertama kali Unpadlah yang menjadi pencetus di Indonesia.

Kembali membahas mengenai pak Andi kaitannya dengan statistika. Pada salah satu tulisan orasi ilmiah guru besar statistika oleh Prof.Asep Saefuddin yang berjudul "Statistika : dulu, kini,dan masa depan" menggambarkan mengenai pemikiran pak Andi menyangkut pentingnya statistika sebagai alat bantu dalam penarikan kesimpulan. Beliau mengilustrasikan bahwa manusia ialah orang-orang buta yang ingin mengetahui bentuk gajah. Ada yang menyimpulkan bahwa gajah berbentuk cameti, karena orang buta tersebut memegang ekor gajah. Orang buta lain kebetulan meraba perut gajah, maka disimpulkannya gajah itu berbentuk tabuh. Ada juga yang menyimpulkan gakah seperti pedang dan lain-lainnya. Manusia melek pun sebenarnya buta untuk hal-hal yang belum diketahuinya.

Sehingga Alm. Pak Andi menegaskan bahwa manusia membutuhkan tongkat dan Statistika adalah tongkat yang beliau sodorkan yang dijelaskan dalam orasi beliau kurang lebih 42 tahun yang lalu "Statistika sebagai tongkat di daerah ketidaktahuan". Pemikiran beliau mengenai hal tersebut pun dewasa ini masih sangat relevan dengan kompleksitas akan ketidakpastian. Analisis wilayah ketidakpastian malah semakin merambat di bidang ilmu sosial, asuransi, ramalan cuaca, kesehatan, bisnis, manajemen,politik, pertanian, energi, pangan, bahkan dalam ruang lingkup biomolekular sekalipun.

Memang pada hakikatnya statistika adalah alat, sehingga menggunakannya pun harus tepat. Mengutip sambutan oleh dekan fmipa IPB, statistika jika diandaikan sebuah pisau, ia dapat digunakan untuk mengupas dan memotong buah, pun juga dapat digunakan untuk "membunuh" maka hal-hal yang patutnya menjadi perhatian oleh orang-orang yang menekuni dan menggunakan statistika ialah menggunakannya dengan tepat dan tentu dengan kejujuran para statistisi.

Berhubungan dengan kata statistisi, hanyalah sebuah istilah bagi yang menekuni bidang ilmu tersebut, walau kadang pula beberapa orang menyebut statistikawan, ataupun statistikus.

No comments:

Post a Comment